Fahombo,
Hombo Batu atau dalam bahasa Indonesia "Lompat Batu" adalah olah raga
tradisional Suku Nias. Olah raga yang sebelumnya merupakan ritual
pendewasaan Suku Nias ini banyak dilakukan di Pulau Nias dan menjadi
objek wisata tradisional unik yang terkenal hingga ke seluruh dunia.
Bahasa Indonesia: Pecahan uang kertas IDR 1000 edaran Bank Indonesia tahun 1992.
English: Indonesian currency issued 1976-2000.
|
Latar belakang
Dalam
budaya Nusantara jaman dahulu, belum ada keterlibatan latihan fisik
layaknya olahraga modern. Suku asli Nusantara umumnya menghubungkan
aktivitas fisik dengan praktik kesukuan; umumnya ritual, seni, kebugaran
fisik dan bela diri. Tarian perang dan pertempuran ritual pada suku
Nusantara menjadi contoh awal dari "ritualisasi" latihan fisik di
Indonesia modern. Beberapa ritual suku asli Indonesia sangat mirip
dengan olahraga, seperti tradisi fahombo Nias untuk ritual pendewasaan
yang mirip dengan lompat gawang dan lompat jauh di atletik.
Tata cara
Di
masa lampau, pemuda Nias akan mencoba untuk melompati batu setinggi
lebih dari 2 meter, dan jika mereka berhasil mereka akan menjadi lelaki
dewasa dan dapat bergabung sebagai prajurit untuk berperang dan menikah.
Sejak usia 10 tahun, anak lelaki di Pulau Nias akan bersiap untuk
melakukan giliran "fahombo" mereka. Sebagai ritual, fahombo dianggap
sangat serius dalam adat Nias. Anak lelaki akan melompati batu tersebut
untuk mendapat status kedewasaan mereka, dengan mengenakan busana
pejuang Nias, menandakan bahwa mereka telah siap bertempur dan memikul
tanggung jawab laki-laki dewasa.
Batu
yang harus dilompati dalam fahombo berbentuk seperti sebuah monumen
piramida dengan permukaan atas datar. Tingginya tidak kurang dari 2
meter, dengan lebar 90 cm, dan panjang 60 cm. Pelompat tidak hanya harus
melompati tumpukan batu tersebut, tapi ia juga harus memiliki teknik
untuk mendarat, karena jika dia mendarat dengan posisi yang salah, dapat
menyebabkan cedera otot atau patah tulang. Di masa lampau, di atas
papan batu bahkan ditutupi dengan paku dan bambu runcing, yang
menunjukkan betapa seriusnya ritual ini di mata Suku Nias. Secara taktis
dalam peperangan, tradisi fahombo ini juga berarti melatih prajurit
muda untuk tangkas dan gesit dalam melompati dinding pertahanan musuh
mereka, dengan obor di satu tangan dan pedang di malam hari.
Wikipedia.org