Pemilihan presiden atau biasa disingkat
Pilpres di Indonesia akan berlangsung tidak lama lagi. Tentu sudah
banyak yang menentukan pilihan jauh-jauh hari sebelum tanggal pemilihan
dilakukan. Namun ada juga yang menunggu detik-detik akhir untuk
menentukan calon mana yang akan mereka pilih. Untuk menentukan calon
mana yang akan dipilih, sebagian pemilih mencari informasi, terutama
dari internet mengenai calon yang nantinya akan dicoblos.
Untuk mencari profil atau informasi calon di internet, cara terbaik
adalah dengan melakukan pencarian. Untuk melakukan pencarian ini, mesin
pencari Google merupakan alat andalan. Di sini peran mesin pencari
Google bisa jadi sangat krusial guna mengubah pendirian pemilih terhadap
calon tertentu. Benarkah demikian?
Sebuah penelitian mencoba mencari pengaruh hasil pencari terhadap
preferensi pemilih. Penelitian tersebut menemukan bahwa mengubah hasil
pencarian memiliki pengaruh besar terhadap preferensi suara pemilih bagi
para pemilih yang belum memutuskan.
Para peneliti menganalisis Pemilu India dan menemukan bahwa para
pemilih yang belum memutuskan untuk memilih calon yang mana memberikan
perhatian yang lebih banyak kepada rangking hasil pencarian daripada
yang diperkirakan sebelumnya. Para peneliti mengatakan hasil pencarian
dapat mengubah hasil pemilu hingga 12% dalam beberapa kasus.
Penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi peringkat (dalam hasil
pencarian), semakin banyak orang mempercayai hasil tersebut. Itulah
sebabnya mengapa perusahaan menghabiskan uang miliaran untuk mendorong
produk agar memiliki hasil lebih tinggi dalam hasil pencarian.
Dalam penelitian yang dilakukan tahun lalu di Amerika Serikat, para
peneliti menemukan bahwa mengubah peringkat pencarian sehingga bias
mendukung salah seorang kandidat tertentu, bisa mendorong preferensi
pemilih yang belum memutuskan terhadap calon tersebut sebesar 15% atau
lebih.
Kemudian tim ini melakukan studi baru dalam beberapa pekan terakhir
dengan lebih dari 2.000 pemilih yang belum memutuskan di seluruh
India. Para peneliti menunjukkan bahwa orang di India dapat dengan mudah
didorong ke arah salah satu calon atau yang lain, yaitu sekitar 12%
bahkan nilainya menjadi dua kali lipat dalam beberapa kelompok demografi
tertentu. Jumlah ini sudah sangat cukup untuk menentukan hasil pemilu
jika terjadi persaingan sengit di antara kandidat/calon.
Menurut Dr. Robert Epstein peneliti utama dalam penelitian terhadap
pengaruh peringkat mesin pencari tersebut, hasil ini adalah masalah yang
sangat serius, sebuah ancaman nyata bagi demokrasi.
Lebih jauh Dr. Robert Epstein mengatakan, jika mesin pencari Google
yang memonopoli mesin pencari di berbagai negara termasuk di
Indonesia, mendukung salah satu calon, Google bisa dengan mudah
menempatkan kandidat yang didukungnya agar bisa terpilih dengan
memanipulasi peringkat pencarian dan tidak ada yang bisa melawan apa
yang mereka lakukan.
Klaim ini kemudian dibantah oleh Google. Menurut Google, sejak awal
memberikan jawaban yang relevan telah menjadi landasan pendekatan Google
untuk pencarian. Hasil yang diberikan oleh mesin pencari Google
mencerminkan apa yang ada di web dan Google melindungi
integritas dari algoritmanya dengan ketat. Jika Google melakukan hal
tersebut (mendukung salah satu calon) akan merusak kepercayaan
pengguna. Artinya, Google tidak ada kepentingan untuk memenangkan salah
satu kandidat dalam pemilu di negara manapun.
Sumber: American Institute for Behavioral Research and Technology via Daily Mail
Sumber Gambar: iberita.com
URL : http://ictwatch.com/internetsehat/2014/05/22/bisakah-google-mengubah-hasil-pemilu/